Jalan Berliku Menuju Makassar (2008)

Ini repost tulisan Saya tahun 2008 yang saya post di blog sebelah. Barusan inget kalau punya blog tersebut. Dulu memang tidak Saya post di sini karena berbagai pertimbangan, salah satunya karena sungkan. Berhubung sekarang sudah tidak sungkan (hehehe) maka saya beranikan diri post di sini. Meskipun puuuuanjang akan tetapi saya suka tulisan ini.
Semoga tidak dibaca. Hehehe.

SEPERTINYA aku memang dipaksa untuk menjadi orang yang pesimistis. Tuhan tidak akan membiarkan aku sok mengatur, sok kuasa, dan sok “kun” yang kemudian “fa yakun”. Tidak ada alasan yang akan membuat aku menjadi orang optimistis. Menjadi orang yang selalu yakin, terlena dengan kemampuan semu diri. Terlalu percaya diri dengan kemampuan prediksi dan kesombongan penghitungan masa depan. Tuhan tidak akan membiarkan aku demikian. Allah Maha Mengatur Segala Sesuatu dan Allah Maha Mengetahui segala kebutuhan hamba-hambanya.

Surat undangan dari Science center ITS aku terima tadi pagi. Sedangkan isinya sudah aku terima beberapa hari yang lalu melalui email dari Dosen ITS juga dari SMS teman guru se-pelatihan tahun kemarin. Aku pun segera mempersiapkan diri untuk menyeleksi beberapa anak binaanku untuk berangkat test ke rayon Lamongan. Aku tidak ingin kejadian tahunlalu terulang, aku sangat malu. Bagaimana tidak muridku biologi tidak lolos seleksi, sedangkan aku gurunya bisa lolos. Di sisi lain memang aku berhasil. Tapi di sisi lainnya hal itu bisa diartikan bahwa aku masih belum bisa mengajar dengan baik. Aku masih belum bisa mentransfer pengetahuanku kepada anak didikku. Dan tugas yang lebih menyakitkan adalah harus membimbing murid dari sekolah lain yang lolos seleksi untuk aku antarkan menjadi juara di kabupatenku. Aku malu kepada lembagaku, aku malu kepada pimpinanku-kepala sekolah. Aku tidak ingin itu terjadi lagi. Sudah kusiapkan selama satu semester melalui wadah pengembangan diri Science Club yang lebih intensif dan fokus di biologi.

Aku sendiri juga secara mental sudah mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi test. Hanya persiapan mental saja, walaupun secara materi aku juga masih harus banyak belajar sebenarnya. Tapi tidak ada waktu untuk membaca-baca materi lebih banyak karena tugas di pondok dan di sekolah benar-benar membuat aku tidak bisa membagi waktu. Sebenarnya menjadi beban menanggung malu juga jika nanti anak-anakku lolos seleksi sementara gurunya tidak lolos seleksi. Wah, bisa malu juga. Tapi itu lebih baik bagiku, aku lebih siap menerima takdir itu dari pada seperti kejadian tahun lalu.

***

Petang setelah sholat magrib,

“ini Pak Basuki, ada surat permohonan pendelegasian dari Science Center ITS. Di sini di jelaskan kuota anak maksimal 5 per mata pelajaran, kita mengirimkan berapa Pak?”

“ya nJenengan sama Pak Wahab sudah punya jago berapa?”

“sudah ada 5 Pak”

“tapi kalau mengirimkan 5 per-mata pelajaran berarti nanti 15 anak, “Kijang”nya tidak muat untuk 15 anak Pak, dan biaya nya nanti juga cukup banyak”

“ya ndak apa-apa Bus kan juga banyak Bojonegoro – Lamongan, naik us juga bisa kan?”

“oh iya Pak, bisa”.

“trus ini untuk gurunya juga ada Pak testnya, guru yang tahun kemarin lolos masih diperbolehkan ikut lagi”

“lha menurut Pak Birin kira-kira masih perlu ikut apa tidak, kan tahun kemarin sudah, apa materinya kira-kira menurut hemat Pak Birin masih sangat diperlukan?”

Aku terdiam. suara anak-anak kelas 9 mengaji di dalam musholla menggangguku berpikir. aku masih terdiam tidak menjawab.

“ya nanti ganti Pak Yono yang belum pernah ikut, Pak Birin dan Pak Wahab kan sudah pernah ikut, biar gantian yang merasakan pengalaman, kalau Pak Birin sama Pak Wahab kan sudah mempunyai pengalaman banyak di bidang pembinaan olimpiade ini”

“nggih, Pak”

Anak-anak kelas 9 sudah selesai mengaji di musholla. mereka kemudian gemruduk berlarian mengambil piring untuk rebutan antrian makan malam.

Aku terdiam lagi, dan berpikir. Kemudian kecewa.

***

Jamaah isya’ hanya tersusun tiga shof itu menandakan bahwa yang berjamaah hanya kelas 9, sedangkan kelas 7 dan 8 berjamaah di masjid An nur untuk mengikuti pengajian rutin ba’dal magrib sampai isya’, dilanjutkan jamaah di sana. Tiga shof itu juga mengingatkan bahwa hari ini adalah hari rabu, dimana setiap rabu malam ada agenda rutin rapat koordinasi minggguan untuk semua ustad. Biasanya dilaksanakan di teras mushola, lesehan, dan nyantai.

Keputusan untuk tidak memberangkatkan aku dan Pak Wahab, kuterima dengan lapang dada. Karena memang, aku sudah pernah mengikuti pembinaan yang sama tahun kemarin. Dan kenapa aku lapang dada, karena Pak Wahab, sebagai senior yang menjadi rujukan, juga sepertinya tidak akan berangkat tes, karena konsekuensi yang akan diterima jika lolos test tidak mungkin akan bisa dia lakukan. Hal itu disebabkan karena beliau tinggal menghitung hari untuk menyambut kehadiran putra pertamanya. Sedangkan jika lolos test ini artinya siap meninggalkan keluarga dan sekolah selama seminggu sepanjang 6 bulan ke depan. Namun hal itu tidak diungkapkan kepadaku. Karena tidak ingin menyurutkan semangat bersama untuk membuat target peningkatan kesuksesan tahun ini dari bidang sains. Namun hal itu sepertinya tidak berhasil. Aku sudah terlanjur patah arang. Sedangkan pertimbangan Pak Basuki sebagai kepala sekolah, biarlah bergantian yang berangkat, yaitu Pak Yono sebagai guru matematika yang tahun kemarin belum berhasil lolos seleksi, sedangkan aku dan Pak Wahab sudah mengikuti tahun kemarin. Masuk akal.

Beberapa teman pelatihan tahun lalu sudah menghubungiku dengan mengucapkan selamat bertemu lagi di ITS tahun ini untuk yang kedua. Dengan tersenyum kecut aku menjawab bahwa kepala sekolah ku tidak mengijinkan aku dan Pak Wahab untuk berangkat. Sederhana saja yang ku utarakan kepada mereka, “kepala sekolah kami belajar dari pengalaman tahun kemarin, ketika ditinggal Pak Wahab, sekolah menjadi kalang kabut karena beliau itu waka kurikulum. Lha kalau tahun ini yang ikut tiga orang lolos semua sementara guru di sini cuma 12 orang habislah nanti sekolahan ini”.

Aku sudah terbiasa dengan hal demikian. Setelah itu akan hilang menguap karena suhu luar tubuhku lebih tinggi, sedangkan tubuhku terbiasa relatif dingin. Aku sudah menikmati keputusan bahwa aku tidak berangkat test seleksi dengan nikmat dan enjoy.

Rapat sudah dimulai, Ustad Roni sudah membuka dengan basmalah, dan buku presensi sudah beredar siap untuk ditanda tangani.

Ketika rapat,

“jadi nanti kita memberangkatkan 15 anak. Yang 10 berangkat naik “Kijang” dengan Pak Insan dan Pak Yono, sedangkan yang 5 naik bus dengan Pak Birin. Lha nanti Pak Insan dan Pak Birin terus menuju Surabaya belanja komputer, dan anak-anak nanti biar pulang dengan Pak Yono naik Bus. Nggih Ngoten pak Yono ya, berani kan meng-angon 15 anak?”

nggih Pak, insyaallah sanggup” sendiko dawuh dengan manggut-manggut.

Sebenarnya aku yang mengatur semua rencana itu dengan Pak Insan. Dan menyampaikannya kepada Pak Roni, kemudian Pak Roni sebagai Wakasek menyampaikannya kepada Pak Basuki.

“begini Pak Basuki, saya tahun ini mempunyai target besar untuk olimpiade” Pak Wahab menyela.

“Tahun ini kami mempunyai target yang besar untuk olimpiade” Pak Wahab meralat .

“Saya kira, tahun kemarin itu kami masih belum cukup untuk meyerap ilmu dari ITS, maka kesempatan yang baik tahun ini kami tidak ingin melepaskannya. Ini juga salah satu alasan mengapa saya berani melepaskan kelas 9 untuk intensif dengan mencari pengajar dari luar dan saya fokus di pengembangan diri fisika. Karena kami punya target besar untuk tahun ini” jelas Pak Wahab

“oh, kalau begitu yang berangkat test Pak Yono dan Pak Wahab, jadi Pak Yono biar ada teman untuk membawa anak 15 naik bus”.

“Pak Birin juga harus berangkat Pak Basuki!” Pak wahab menegaskan.

“oh begitu, lha nanti Pak Insan dengan siapa belanja ke Surabayanya?”

“eh… kalau masalah itu nanti saya sendiripun juga tidak apa-apa” jawab Pak Insan mendukung

“kalau begitu terserahlah, jadi gurunya Pak Wahab, Pak Yono dan Pak Birin bersama 15 murid kita. Wong gratis saja, ya kan, mengapa tidak dimanfaatkan sebesar-besarnya”.

Dalam hitungan menit, pesimis ku mendapatkan counter attack dari perubahan kebijakan kepala sekolah yang akhirnya mengijinkan aku berangkat mengikuti test seleksi. Dan akhirnya keinginanku sejalan dengan takdir yang terlaku. Aku berangkat sesuai rencana terakhir.

***

Setelah test, seperti biasa aku tidak berani berharap banyak. Karena aku tahu tidak ada persiapan materi. Bahkan persiapan mentalpun sudah koyak karena keputusan pertama kepala sekolah yang tidak menyetujui keberangkatan ku. Aku hanya berharap anak-anak ada yang nyantol barang satu sukur-sukur bisa ke lima-limanya. Karena tahun kemarin aku yang lolos, sementara anakku tidak lolos. Kalaupun tahun ini tidak lolos aku tidak akan menyesal, dan mungkin itu akan lebih baik bagi sekolah. Aku sudah rela.

Setelah beberapa minggu, halaman situs Fisika ITS aku download dan alhamdulillah, Allah masih memaksaku untuk jatuh mengakui KemahakuasaanNya untuk mengatur segala sesuatu. Dua orang muridku bidang biologi lolos, dan 2 dari Fisika sementara dari matematika 1 anak. Total 5 anak. Benar-benar luar biasa. Tahun lalu hanya 1 anak. Sekarang 5 anak. Dan namaku juga tercantum untuk menjadi guru pendamping bidang biologi, untuk kali ke dua. Satu-satunya dari sekolahku. Alhamdulillah.

Setelah beberapa hari surat dari ITS menambah kegembiraan lagi dengan memasukkan nama Apriliawan sebagai peserta yang lolos dari bidang biologi. Jadi bertambah satu orang lagi siswa yang lolos. Dan biologi 3 orang. Aku tidak berani berspekulasi komentar alasan kenapa Pak Wahab dan Pak Yono tidak berusaha untuk lolos.

***

Akhirnya akupun berani memasang keinginan, bahwa tahun ini harus menjadi meningkat daripada tahun kemarin. Kalau tahun kemarin aku sudah berhasil mengantar Assayid menjadi peserta OSP. Tahun ini harus berhasil mengantar anak-anak menjadi peserta OSN. Atau kalaupun hanya peserta OSP yang lolos tidak hanya satu seperti tahun kemarin.

***

Dari hasil perkembangan anak-anakku selama di ITS aku tidak melihat hal yang signifikan untuk mendukung targetku. Malahan aku merasa kalah dengan anak didik Bu Nurul dan Pak Joko, juga anak anak dari surabaya. Anak-anakku masih berada di bawah. Wawan paling puncak hanya di peringkat 14.

Apa mau dikata, malah ketika seleksi ke tahap II Humam Ari terpaksa gugur dari persaingan eliminasi ke tahap 2. Aku sedih. Dan tidak tega untuk menyampaikannya.

Sementara Ryan dan Wawan masih bertengger di antara peringkat 10 sampai 15. jauh di bawah anak-anak 5 besar. Yah, aku enjoy kan dan aku nikmati keadaan.

***

Ketika OSK tiba, targetku, minimal 2 wakil bojonegoro adalah anak-anak ku, yaitu Wawan dan Ryan. Aku tidak berani memasang harga tinggi. Karena tahu sampai dimana kemampuan mereka.

Kepesimisanku ternyata dijawab dengan keluarbiasaan. Ketiga muridku lolos, dan ryan dan wawan berhasil di peringkat 38 besar. Bahkan wawan di 10 besar se jawa timur. Tentunya ini adalah jawaban, dan pemaksaan kepadaku agar aku semakin menyadari bahwa aku tidak boleh sombong, sok menentukan sesuatu. Merecoki prerogratif Allah Swt. Alhamduliilah, tamparan-Mu aku rasakan.

***

OSP menjelang, bolehlah berharap aku akan berangkat mendampingi anak-anak ke Malang. Karena tahun ini tidak dilaksanakan di Surabaya. Undangan panggilan ke dinas bersama anak-anak, beserta peserta dari sekolah lain aku anggap sebagai agenda konsolidasi dan penentuan guru pendamping yang akan diberangkatkan dinas ke Malang. Dan aku merasa akulah yang akan di tunjuk, karena siswaku yang lolos sebanyak 7 orang. Sedangkan sekolah lain paling banyak 5 dan bahkan ada yang 1.

Ternyata, dugaan meleset. Tida ada satupun dari guru pendamping yang ditunjuk menjadi pendamping. Orang dinas sendiri yang mengantarkan. Aku kecewa. Dan kecewanya lagi, sekolah lain guru-gurunya dibiayai sekolah untuk tatap mendampingi anak-anaknya, sedangkan aku, tidak mendapat tanggapan.

Aku baru sadar, ternyata untuk kesekian kalinya aku ditampar dengan keras bahwa aku tidak pantas ikut meyakinkan diri meng-kunfayakun-kan semua keinginan hatiku. Allah Maha Mengingatkan. Aku sang manusia mahalul khata’ wa nisyan.

Aku menikmati ketidakberangkatanku dengan enjoy dan rela. Aku berusaha menyadari sesadar-sadarnya. Tujuan dari keinginanku mendampingi ke Malang adalah agar anak-anakku bisa berhasil lolos ke nasional. Aku menyempitkan jalan kesuksesan ke nasional dengan seakan akan jalan ke nasional hanya akan bisa teraih jika aku mendampingi mereka. Aku membatasi kehendak Allah dengan kehendak ku. Sedangkan Allah mempunyai KehendakNya sendiri untuk mengantarkan takdir dari tetes ke tetes embun yang menetes dari ujung daun rumput teki di pagi hari. Dan kehendakku ternyata tetap dibawah kendali kehendakNya. Plak!!! . tamparan untuk kesekian kalinya. Astagfirullahaladzim.

***

Aku sedang mengucek pakaianku. Tiba tiba kakakku menyusulku di sumur dengan membawa HP yang sedang berdering. Aku lihat di layar LCD 2 inchi “Pak Aunur ITS calling. Bagaikan malaikat pembagi kebahagiaan, Pak Au mengabarkan bahwa Wawan dan Ryan berhasil lolos ke Nasional. Ke Makassar. Sujud syukurku kupersembahkan kepada Allah Swt. Tidak ada yang bisa aku ucapkan selain alhamdulillah.

Kebahagiaan menyelimuti hatiku. Dan ternyata Allah memang mempunyai jalan lain untuk menetapkan takdirnya, tidak harus sesuai dengan kemauanku untuk bisa membahagiakan aku.

***

Pujian, ucapan terima kasih dan sanjungan datang dari teman SC, teman guru, kepala sekolah dan orang tua murid. Juga beberapa dari teman ngeblog. Tiba-tiba aku berani minta doa kepada ibuku,

” Mak, doakan aku agar nanti bisa mendampingi anak-anak ke Makassar”

“muridku lolos ke tingkat nasional”

“doakan nggih”

“ya” jawab ibuku.

Aku sebenarnya tidak berani mengharap banyak kesempatan untuk bisa berangkat ke makasar. Tetapi kabar dari teman-teman SC yang katanya mau diberangkatkan sekolah dan orang tua masing-masing membuat keinginanku muncul lagi. Aku sudah berusaha melawannya dengan sering-sering mengucapkan

“saya tak fokus di latihan praktikum anak-anak, kalaupun sekolah mau memberangkatkan, aku tidak mau itu inisiatif dari saya. Cuman kalau boleh saya kasih tahu sekolah-sekolah lain memberangkatkan guru-gurunya untuk mendampingi anak-anak. Bahkan Yimi yang hanya satu anak yang lolos itu pun memberangkatkan gurunya.”

Ucapanku yang penuh nuansa politis dan samar, mengagitasi untuk mengajak orang lain memperjuangkan kepentingan ku. Ucapan yang berlepotan bau kepentingan pribadi yang disamarkan dengan kerendahan diri yang dibuat-buat.

Dan aka menuai ucapanku sendiri sebagai bumerang. Harapan kecil yang terpupuk itupun akhirnya membuaiku dengan kesemuan. Apalagi dipupuk oleh persuasi wali santri yang katanya menghendaki saya juga berangkat bersama anak-anak mereka, semakin meniup balon harapan sehingga semakin membesar dan melambung.

Sementara aku lupa lagi bahwa aku telah bermain dengan kehendak dan harapan yang tidak aku sadari semakin membesar dan melambung karena tiupan ucapan dan pernyatannku sendiri.

Aku yang tidak kunjung mengerti tentang pelajaran tawakkal dan kepasarahan.

Allah sekali lagi menampar dengan memberikan kabar dari YIMI bahwa mereka menganggarkan 10 juta untuk berangkat ke Makassar. Aku shock. Aku tidak berkomentar. Sedangkan aku tahu sekolah tidak akan mau mengeluarkan budget sebesar itu hanya untuk saya mengantarkan anak lomba saja. Dan akupun juga merasa itu adalah pemborosan. Akhirnya balon harapanku pun mengempis. Dan bahkan mengempis lekat, ketika kepala sekolah mengatakan “kan sudah otomatis Pak birin yang berangkat?”. dikira otomatis diknas menunjukku.

aku menjawab “tidak Pak, yang mengantar nanti orang dinas”

“oh, tapi kan anak-anak sudah di tanggung Diknas kan, jadi bukan biaya sekolah lagi. Biasanya itu ada surat tugas untuk guru mendampingi, masak guru pendampingnya tidak di berangkatkan”

Ucapan itu meletuskan harapan ku dan akupun kembali ke kesadaran ucapku yang dulu, bahwa aku harus percaya bahwa Allah mempunyai jalan tersendiri yang sangat mungkin berbeda dengan keinginanku yang serba terbatas kemampuan nalarnya.

Beberapa kali saya ngomong dengan melas, kepada siapa saja yang menanyakan, dengan ucapan “saya tidak ikut kok pak, bu, hanya anak-anak saja yang berangkat, yang mendampingi orang Diknas”

Dengan mengucapkan seperti itu aku merasa puas, karena kebanyakan mereka kemudian mencerca, memaki dinas yang tidak memberikan apresiasi bagi guru yang telah membawa “nama” kabupaten ke nasional.

Balonku sudah terlanjur pecah meletus dan aku buang.

Tiba-tiba suatu malam, Pak basuki dan Gus Huda memanggil aku. Bersama Pak Wahab, kami berempat mengawali diskusi dengan persiapan praktikum anak-anak. Aku mengatakan bahwa kita masih membutuhkan mikroskop dengan perbesaran yang lebih besar. Akhirnya sama pak bas disarankan pinjam ke SMA 2. dan aku disuruh bikin surat.

Tanpa ekspresi Gus Huda bertanya “lha Pak Birin juga ikut berangkat?”
saya bilang “tidak”

Kemudian Pak Basuki menjelaskan kepada Gus Huda kalo orang dinas yang mengantar.

“apa pondok tidak sanggup memberangkatkan?”

“sangat bisa” jawab Pak Basuki.

Malam itu awal terbukanya lagi jalan menuju makassar. Tapi aku tidak berani mempunyai harapan yang macam-macam.

Aku menikmati meletusnya harapan. tapi aku juga takut, tamparan apa lagi yang akan aku terima?

La haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim.

shobirin saerodji
Agustus 2008

1 Tanggapan to “Jalan Berliku Menuju Makassar (2008)”



  1. 1 Makassar Semakin Dekat (2008) | Choby~net Lacak balik pada 31 Agustus, 2016 pukul 10:49 pm

Tinggalkan komentar




]} Qolbu Berbisik

qbfot


Sebelum semuanya berlalu ...

Semua yang ada di sini kebanyakan hanya pikiran-pikiran yang ada di otakku, kemudian aku tuangkan. Jadi mungkin banyak yang kurang berkenan dengan pengetahuan, perasaan atau keinginan anda mohon dipermaklumkan.

slide-1_3.jpg
image source : http://www.gusdur.net/

Selamat Jalan Gus Dur

Beribu terima kasih terucap untukmu
Engkau pergi setelah meninggalkan keteladanan hidup yang agung

Tak mudah kami mencatat,
Karena engkau telah menempuh jalan kebangsaan yang panjang
Karena engkau tak pernah henti menyalakan lentera kemanusiaan

Jasadmu boleh sakit dan pergi, tapi ruh dan semangatmu terus hidup bersama kami

Hiduplah dalam damai di kampung kedamaian

Selamat jalan Gus Dur...

Puisi oleh: Kang Yoto-Kang Harto (Bupati-Wabub Bojonegoro) disadur dari Radar Bojonegoro, Jumat 1 Januari 2010).

Coba-coba cari uang online!

]} Tulisanku Semuanya

]} Tamuku

  • 207.098 Pengunjung

Flickr Photos